Sosok Adik Kandung Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Ternyata Jenderal Bintang 2 TNI Eks Petinggi BIN


BeritakanID.com - Letkol (Purn.) H. Sjamsoeddin Koernia berhasil membesarkan kedua anaknya menjadi perwira tinggi (Pati) Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Kedua anak Letkol Sjamsoeddin Koernia sukses menjadi jenderal di dua matra TNI, yakni di TNI Angkatan Darat (AD) dan TNI Angkatan Udara (AU).

Hebatnya lagi, kedua anak Sjamsoeddin Koernia merupakan didikan pasukan elit TNI, yakni Komando Pasukan Khusus (Kopassus), satu lagi didikan Korps Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat).

Kedua anak Letkol Sjamsoeddin Koernia itu adalah, Sjafrie Sjamsoeddin dan Maroef Sjamsoeddin.

Maroef Sjamsoeddin merupakan pensiunan TNI AU. Adik kandung Menteri Pertahanan (Menhan), Sjafrie Sjamsoeddin itu pensiun dengan pangkat jenderal bintang 2 TNI AU alias Marsekal Muda (Marsda).

Maroef adalah lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) 1980. Dia merupakan didikan pasukan elit TNI AU, Korps Pasukan Khas (Paskhas)–kini Korps Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat).

Di Paskhas, Maroef Sjamsoeddin pernah menjabat sebagai Komandan Skadron 465 Paskhas. Maroef juga beberapa kali sempat ditugaskan ke luar negeri sebagai Asisten dan Atase Pertahanan yakni sebagai Asisten Atase Pertahanan RI untuk wilayah Amerika Selatan, yang berkedudukan di Brasil dan Atase Pertahanan di Brasil.

Usai tugas di luar negeri, Maroef ditarik ke Badan Intelijen Negara (BIN). Di lembaga telik sandi itu, Ma'roef pernah menjadi Direktur Kontra Separatisme Deputi III BIN. Puncak karir militer berakhir di BIN sebagai Wakil Kepala BIN periode 2011-2014.

Setelah pensiun dari militer, pada 7 Januari 2015 silam, Maroef diangkat menjadi Presiden Direktur Freeport Indonesia. Ia menggantikan Rozik B. Soetjipto yang memasuki masa pensiun.

Maroef mendapatkan tawaran langsung jabatan prestisius itu dari Chairman of Board Freeport-McMoRan, James Robert Moffett (Jim Bob).

Pilihan tersebut didasarkan pada pengalaman luas Maroef di Papua. Pemegang gelar Master of Business Administration dari Jakarta Institute Management Studies ini dianggap sukses mengatasi aksi mogok di tambang Freeport pada tahun 2011 saat menjabat sebagai Wakil Kepala BIN.

Pada Desember 2015, nama Maroef menjadi sorotan publik karena merekam pembicaraannya dengan Ketua DPR, Setya Novanto, dan pengusaha minyak, Reza Chalid.

Rekaman tersebut diduga memuat pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden RI. Kasus ini kemudian dilaporkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said, ke Sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD).

Pada 18 Januari 2016, Maroef dilaporkan mengundurkan diri dari posisinya sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia. Mengenai alasan pengunduran dirinya, dia menyebut bahwa hal itu bersifat pribadi.

Sumber: viva

TUTUP
TUTUP