Tidak Sudi Dijajah Cina (2): Cina Sudah Menduduki Semua Lini Kekuasaan

Tidak Sudi Dijajah Cina (2): Cina Sudah Menduduki Semua Lini Kekuasaan

TEREKAM sebuah kejadian pada tahun 2015 saat Gubernur DKI Ahok datang ke Makostrad pada sebuah acara seremonial kecil saat Kostrad menerima bantuan sejumlah uang, sebagian diwujudkan kendaraan dinas.

Kaskostrad saat itu di jabat Mayjen TNI Setyo Sularso. Upacara penyerahan bantuan dilaksanakan di loby Makostrad tanggal 24 Juli 2015. 

Ahok berdiri di mimbar kehormatan bersama Panglima Kostrad, pasukan dipimpim Kepala Staf Kostrad MayjenTNI Setyo Sularso. Ahok dalam sambutannya seperti biasa diawali menyebut .. "yang terhomat Panglima Kostrad ".

Hanya saat menyebut .. "yang terhormat Kaskostrad Mayjen TNI Setyo Sularso"_ ada tambahan kata "Pak Setyo Sularso yang mana", penanda sebelumnya tidak saling kenal dan bertemu.

Kaskostrad spontan mengangkat tangan "saya .. ada apa?". Ahok tampak terkejut, merespons dengan kata bukan pada tempatnya di luar kepatutan sopan santun sebagai pejabat negara, seraya mengucapkan "Pak Setyo ... kita hidup di atas konstitusi!"

Mayjen TNI Setyo Sularso sebagai tuan rumah menahan diri dan tidak mengkonfirmasi apa maksud ucapan "Ahok". 

Bagi seorang perwira tinggi  selevel Kaskostrad pasti memiliki kepekaan tinggi, layak  "sign-nya nyala", menyentuh koordinatnya ". Hanya bantuan uang rakyat tidak seberapa Ahok menempatkan dirinya merasa di atas level Kaskostrad.

Ini sinyal prilaku "Barongsai": "betul kita hidup di atas konstitusi, lalu siapa yang bermain dengan konstitusi, untuk kepentingan siapa?". Belakangan tercium Ahok sudah membuat buku "Merubah Indonesia"

Pantas "sign Jenderal Setyo Sularso menyala. Bagi Bangsa Indonesia (TNI) NKRI adalah harga mati. Pantang untuk diubah dan jangan sampai berubah".

Dari sinilah bagi seorang TNI sangat peka melihat dan mengamati  apa yang tersirat dari ucapan dan sorot mata seorang "Ahok" di depan pasukan Kostrad.

Gambaran di atas bagi TNI apalagi selevel Kostrad merekam ada permainan  dan skenario yang sedang dimainkan dan kompetisi yang dipaksakan untuk memudarkan peran Bumi Putra dalam kancah politik di Indonesia.

Simak saja mulai dari Jakarta, apa yang terjadi dengan reklamasi Teluk Jakarta. Saat ini sudah melebar Proyek swasta Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 masuk daftar Proyek Strategis Pemerintah (PSN), dengan biaya APBN. Ini proyek siapa untuk siapa?

Wajar Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam pengarahan di depan petinggi TNI dan siswa Sesko TNI di Bandung 2 Mei 2017, "mewanti wanti akan ancaman di depan mata yang sedang berlangsung".

Belajar dari sejarah tentang tamatnya riwayat peran melayu di Singapore, dulu sebagai pendiri negara, kini tersingkirkan. Abogirin penduduk asli Australia tesinggkir dengan bangsa pendatang dari Inggris.

Bangsa Indian Amerika terpinggirkan oleh bangsa Eropa. Tidak hati hati dan waspada akan terjadi warga Pribumi dengan "Trilogi Pribumisme-nya" : "Pribumi pendiri NKRI, Pribumi pemilik NKRI dan Pribumi Penguasa NKRI" , tinggal nama tersingkir oleh warga Cina.

Cerita Ahok adalah simbol kekuasaan dan politik Cina", Cina sudah berada di semua lini kekuasaan - "Tidak Sudi Dijajah Cina". (*).

Oleh Sutoyo Abadi
Koordinator Kajian Politik Merah Putih

TUTUP
TUTUP