BeritakanID.com - Keputusan Gubernur Jawa Timur yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa mendukung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dinilai karena alasan pragmatisme semata. Khofifah ditengarai ingin mengamankan kursi gubernur juga sekaligus agar selamat dari jeratan hukum.
“Kenapa beliau cenderung kepada 02, bukan 01 bukan 03? Karena hitung-hitungan politik pragmatis tadi,” jelas pengamat politik senior Dr. Muhammad AS Hikam dalam dialog “Polemik Khofifah vs Muhaimin: Tak Pilih AMIN Ke-NU-annya Diragukan” live di kanal YouTube @Padasuka TV, Senin malam, 15 Januari 2024.
Dia menjelaskan masa jabatan Khofifah sebagai gubernur Jatim akan berakhir bulan depan. Khofifah sudah mulai ancang-ancang untuk ikut kembali dalam Pilgub Jatim yang akan digelar November 2024 mendatang.
“Nah, beliau tahu persis apa yang sebetulnya harus dilakukan. Tidak lain salah satunya adalah tentu akan tetap bertahan kepada partai atau kekuatan politik yang selama ini memang membuat beliau jadi (terpilih sebagai gubernur),” ungkapnya.
Salah satu partai pendukung Khofifah pada Pilgub Jatim 2018 lalu adalah Partai Demokrat. Partai besutan mantan Presiden SBY yang di tingkat Jawa Timur dipimpin Wagub Jatim Emil Listianto Dardak itu merupakan pendukung Prabowo-Gibran.
Apalagi Khofifah dinilai masih berharap ketokohan SBY sebagai vote getter pada gelaran pilgub mendatang. “Saya kira cukup logis kalau beliau tentu akan mengikuti apa yang diinginkan oleh Demokrat dalam hal ini di dalam bagian dari kubu 02,” papar akademisi President University ini.
Terlebih secara realpolitik (politik nyata), pasangan Prabowo-Gibran di-back-up oleh Pemerintahan Joko Widodo. Bahkan Presiden Jokowi diduga memanfaatkan instrumen hukum untuk menekan kelompok-kelompok yang tidak mendukung Prabowo-Gibran.
“Nah, jangan-jangan ini juga dirasakan di Jawa Timur. Apalagi dinamikanya sekarang di Jawa Timur, Sekdanya Bu khifah kalau saya enggak salah, juga diperiksa oleh aparat dalam soal tudingan tipikor. Bu Khofifah juga kantornya pernah digelendah dan lain sebagainya. Ini tentu di dalam realpolitik menjadi pertimbangan yang sangat serius,” bebernya.
Dengan pertimbangan tersebut, lanjut intelektual NU yang juga menjabat Mustasyar PBNU ini, tidak mungkin Khofifah mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD apalagi Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
“Kalau beliau kemudian malah memihak oposan, apalagi 01 yang ada Anies Bawedannya, itu posisinya malah lebih sulit lagi nanti. Jadi dari perhitungan-perhitungan yang kayak begitu, Bu Khofifah menganggap bahwa yang paling pragmatis dan paling menguntungkan kalau dilihat dari segi politik adalah kalau mendukung 02,” tutupnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa resmi mendukung Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024 pada Rabu, 10 Januari 2024. Pada hari yang sama, Sekda Pemprov Jatim, Adhy Karyono, diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Adhy Karyono diperiksa atas dugaan kasus korupsi penyaluran bantuan sosial (bansos) beras untuk Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) 2020-2021 dalam kapasitasnya sebagai Kepala Biro Perencanaan Kementerian Sosial 2020.
Sementara sebelumnya, KPK juga pernah menggeledah kantor Gubernur Jawa Timur (Jatim), Khofifah Indar Parawansa terkait pengusutan dugaan suap Wakil Ketua DPRD Jatim Sahat Tua P. Simandjuntak.
Sumber: kbanews