BeritakanID.com - Pernyataan kontroversial muncul dari politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah, yang mengajak kubu pasangan Anies dan Ganjar untuk bersatu mendukung pasangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Fahri Hamzah menyampaikan ajakannya ini sebagai tanggapan terhadap isu potensi koalisi kubu Anies dan Ganjar.
Dalam acara konsolidasi dan silaturahim relawan Prabowo-Gibran di Posko Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Selasa, 16 Januari 2024, Fahri Hamzah mengemukakan pendapatnya.
"Yang dua ini karena kecewa dan keduanya ini mau gabung. Kenapa tidak gabung saja mendukung pasangan nomor urut 02 Prabowo-Gibran," seperti yang dikutip Kilat.com dari kanal YouTube Kompas TV, Rabu 17 Januari 2024.
Fahri Hamzah, yang juga menjadi Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, menilai wacana koalisi kubu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud sebagai ekspresi kekecewaan dan kemarahan yang tidak rasional.
Ia menyatakan bahwa koalisi tersebut tidak pantas menjadi pilihan rakyat.
"Dasar munculnya (Koalisi Anies dan Ganjar) itu nggak kuat, Ini adalah kemarahan dan kekecewaan yang tidak layak dan tidak rasional untuk dipilih rakyat," ungkapnya.
Mantan politikus PKS tersebut kemudian mengajak masyarakat untuk mendukung Prabowo-Gibran dengan datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada 14 Februari mendatang.
Fahri Hamzah berharap setelah pemilu selesai, pemerintah dapat fokus melanjutkan pembangunan.
"Karena itu kami mengimbau kepada semuanya mari bergabung di 02, kita tuntaskan pemilu ini sekali putaran tanggal 14 Februari 2024. Supaya kita menutup pintu bagi kemungkinan intervensi kekuatan asing dan kekuatan politik global yang ingin mengganggu stabilitas Indonesia," ujarnya.
Fahri Hamzah menyoroti kepingan ekstrem dalam konfigurasi pemilih pada Pemilu 2014 dan 2019, di mana nomor satu berada di kanan dan nomor tiga berada di kiri, yang menjadi pertarungan paling sengit.
Rekonsiliasi antara Prabowo dan Jokowi dirancang untuk menghilangkan kepingan kutub ekstrem tersebut dan mendapatkan dukungan luas dari masyarakat.
"Alhamdulillah ternyata ini makin lama makin membesar. Karena ada kesadaran rakyat menghilangkan ekstrem dari pemilu lama itu. Tapi rupanya mereka enggak mau kalah, mereka mengabaikan fakta pada dasarnya mereka tidak bisa disatukan. Itulah sebabnya sumbernya itu bukan konsep dan agenda nasional untuk kepentingan bangsa, dasarnya muncul hanya karena kemarahan-kemarahan dan kekecewaan akhirnya mereka gampang sekali bergabung menghilangkan konsep kehadirannya," jelas Fahri.
Fahri Hamzah menegaskan bahwa Prabowo dan Jokowi memiliki konsep matang tentang rekonsiliasi dalam penyatuan kabinet, sedangkan koalisi Anies-Ganjar dianggap bergabung karena kekecewaan.
"Artinya dasar munculnya ini enggak kuat. Terus ngapain menjadi yang berbeda," tambahnya.
Oleh karena itu, ia kembali mengajak kedua kubu, baik 01 dan 03, untuk bergabung agar transisi kepemimpinan berlangsung damai, dengan biaya murah, ongkos sosial yang terjangkau, dan tanpa ketegangan setelah pemilu berakhir.
"Mari kita satukan bangsa menuju Indonesia Emas 2045," pungkasnya. (*)
Sumber: kilat