Dampak Fisik, Ekologi dan Kimiawi akibat Penambangan Pasir Laut

Dampak Fisik, Ekologi dan Kimiawi akibat Penambangan Pasir Laut

BeritakanID.com - Pemerintah melakukan penambangan pasir laut untuk keperluan ekspor. Aktivitas penambangan ini mendapat banyak penolakan dari sejumlah kalangan karena dampak yang ditimbulkan sangat besar, lebih besar dibanding keuntungan ekonomi.

Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Prof. Ir. Widi A. Pratikto, M.Sc., Ph.D mengatakan, panjang garis pantai di Indonesia > 81,000 kilometer atau 5.8 juta kilometer meter persegi. Luas laut tiga kali luas daratan.

Menurut dia, 37 persen species dunia ada di laut. “Lebih dari 70 genus dari karang, 18 persen terumbu karang dunia ada di Indonesia,” katanya dalam Dialog Kebangsaan “Sedimen dan Pasir Laut dalam Perspektif Ekologi dan Ekonomi” yang digelar secara zoom oleh FORUM 2045, Rabu, 14 Juni 2023 malam.

Prof Widi mengungkapkan, 30 persen hutan bakau dunia ada di Indonesia. Laut juga tempat padang lamun dan kima terbanyak. “Sebanyak 90 persen hasil tangkapan ikan berasal dari perairan pesisir dalam 12 mil laut dari pantai,” ungkapnya.

Lantas apa dampaknya ketika penambangan pasir laut masif dilakukan? Dampak kegiatan penambangan pasir laut berpengaruh pada ekosistem. “Pengerukan dasar laut untuk mengekstrak pasir akan menimbulkan perubahan secara fisik, kimia, dan biologi,” tegasnya.

Menurut dia, dampak Fisik yang terjadi yakni kekeruhan, abrasi pantai akibat perubahan hidrodinamika, tenggelamnya pulau di sekitarnya, merusak keindahan pantai di sekitarnya. “Sudah ada pulau hilang akibat penambangan pasir laut di perbatasan Singapura-Indonesia, yakni Pulau Pawa di Singapura dan Pulau Nipa di Indonesia,” jelasnya.

“Pengambilan pasir dari dasar laut akan mengubah profile dasar dan mempengaruhi pergerakan gelombang dan transpor sedimen,” imbuhnya.

Sedangkan dampak Biologi dan Ekologi yakni mengganggu habitat dasar seperti lamun, kelp, dan lainnya serta serta biota yang memijah di dasar perairan. Penambangan pasir juga meningkatkan kekeruhan yang dapat mematikan terumbu karang, mengganggu kegiatan fotosintesa plankton sehingga menurunkan produktivitas perairan dan rantai makanan.
“Selain itu, mengganggu jalur migrasi dan pergerakan juvenile ikan dan udang dari dan ke pantai,” katanya.

Prof Widi mengungkapkan, pengerukan pasir dan sedimen dasar perairan dengan dredger dan coring dapat menimbulkan kekeruhan perairan yang mengganggu penetrasi cahaya matahari. “Hal ini mengganggu proses fotosintesis plankton dan biota laut lainnya, menjadikan pemunahan terumbu karang,” ungkapnya.

“Pengerukan juga mengganggu biota dasar (Bentos dan Meiobentos) sebagai makanan Ikan, sehingga mempengaruhi produktivitas sumber daya ikan,” sambungnya.

Adapun dampak kimiawi yang ditimbulkan penambangan pasir yakni adanya plume dan lumpur akan menimbulkan pencemaran dan dapat memicu algae bloom akibat terlepasnya nutrient dalam jumlah yan banyak.

“Dampak kimiawi lainya terlepasnya bahan-bahan beracun yang semula terjebak dalam sedimen seperti logam berat dan hidrogen sulfida,” jelasnya.

Dalam webinar ini juga mengundang narasumber Direktur Perencanaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Ir. Suharyanto, M.Sc. Kegiatan yang digelar Forum 2045 ini didukung oleh Universitas Proklamasi 45, Universitas Janabadra, Universitas Bung Hatta, Institut Harkat Negeri, Institut Kahade, Universitas Samawa, Universitas Sulawesi Tenggara, Universitas Muhammadiyah Purworejo, STIA “AAN” Yogyakarta, dan Pusat Studi Pendidikan IKA UNY.

Sumber: kba

TUTUP
TUTUP