BeritakanID.com - Anies Baswedan berbagi pengalamannya semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Tidak hanya sekedar berkisah saat memimpin aksi demonstrasi besar-besaran menolak SDSB. Namun juga tentang lahirnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
Pengalaman berkesan Anies Baswedan saat diwawancarai oleh sahabatnya dalam bahasa Jawa. Wawancara tersebut kemudian diunggah di YouTube oleh akun Politik Update seperti dilihat oleh KBA News pada Sabtu, 8 April 2023
Mantan Ketua Senat UGM ini mengaku pendirian Badan eksekutif Senat Mahasiswa (BESM, sekarang BEM) merupakan salah satu yang membuatnya berkesan. Saat itu banyak yang tidak setuju, banyak dikritik bahkan informasinya sampai ada yang mogok makan.
Anies tetap kukuh pada pendiriannya. “Kalau kita pegang prinsip, ngobrol, diskusi, dialog kan hasilnya bagus,” ungkapnya.
Anies ingat awal mula mendirikan BESM di UGM terjadi pada 1992. Saat itu di universitas mana pun belum ada. Bahkan, ide mendirikan BESM ini selalu dikritik banyak orang. Saat itu yang ada di kampus-kampus hanya Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan.
“Setelah BESM tahun berikutnya menjadi BEM. Itu di mana-mana ditertawakan, UGM ada BEM segala,” ungkap Anies Baswedan.
“Sekarang semua kampus ada BEM. Kita ingat memulai bikin BESM itu diejek, ditertawakan tapi kalau konsisten hasilnya bagus. Kampus lain jadi tertular. Semua kampus ada BEM,” jelasnya.
Pengalaman paling berkesan lain bagi Anies Baswedan saat memimpin aksi demonstrasi menolak SDSB tahun 1993. Aksi digelar selepas salat Jumat.
Sebelumnya, dalam rapat sebelum demonstrasi, Anies menargetkan aksi bisa diikuti 5.000 orang. Dalam rapat itu, Anies meminta setiap peserta rapat bisa mengajak 100 orang. “Saya bilang, minimal satu orang mengajak 100 orang, kalau tidak berani mencari 100 orang, silakan mundur. Saya butuh orang yang bertanggung jawab, yang bisa mencari 100 orang,” jelasnya.
Saat itu yang datang di rapat sekitar 50 orang. Jadi kalau satu orang bawa 100 orang berarti dapat 5.000 orang. Menjelang aksi ternyata yang datang lebih dari 5.000 orang. “Targetnya lebih ini, ya alhamdulillah. Dihitung lagi kira-kira 10.000 orang,” katanya.
Menurut Anies, ternyata jumlah massa yang ikut demo 13.000 orang, dari bunderan UGM long march sampai Gedung DPRD DIY di Jalan Malioboro Yogyakarta.
“Saat itu demo paling besar sejak NKK/BKK. NKK/BKK sekitar 1978 dan demo SDSB tahun 1993. Jadi sudah 15 tahun, merupakan yang paling geger. Gara-gara demo itu, di mana-mana demo menjadi besar. Dua minggu setelah itu kita ke Jakarta, lalu SDSB dicabut,” jelas Anies.
Suami Fery Ferhati ini mengungkapkan, apa yang dilakukan pada massa itu sedikit banyak turut membangun pondasi gerakan mahasiswa di kampus serta membangun pondasi demokratisasi di Indonesia. Dulu mahasiswa gerakan di luar kampus, karena kampus steril. (kba)
Sumber: kbanews