BeritakanID.com - Ajudan Letkol Untung, Sersan Ishak Bahar, memberi kesaksian menyelamatkan nyawa polisi Soekitman di Lubang Buaya pada malam 30 September 1965.
Soekitman dikenal sebagai polisi yang selamat dari tragedi Lubang Buaya. Versi ajudan Letkol Untung, dia yang menyelamatkan nyawa Soekitman, dengan tidak mau membunuhnya saat itu.
Sersan Ishak Bahar lalu menceritakan kejadian di Lubang Buaya versi dirinya. Ketika pagi mulai menjelang di Lubang Buaya pada 1 Oktober 1965, sebanyak 14 truk berisi rombongan prajurit Cakrabirawa penjemput jenderal-jenderal TNI AD telah kembali.
Sersan Ishak Bahar yang masih berada di mobil truk bersama sopir Slamet Sungkono, dikagetkan dengan kedatangan rekannya, Dikin, yang membawa seorang petugas polisi.
Petugas polisi ini belakangan diketahui bernama Soekitman.
“Saat itu Dikin bertugas sebagai penunjuk jalan penjemput (Mayjen DI) Panjaitan, bertemu saya. Dia kemudian bilang kepada saya, ‘Mas Is ini dianu saja ya’,” kata Sersan Ishak menceritakan kejadian 1 Oktober 1965.
“Saat itu saya langsung, ‘ehm iya. Saya iya iya saja,” katanya lagi mengingat kejadian di Lubang Buaya itu.
Dari situ, ia mengetahui kalau yang dititipkan kepadanya dari Dikin adalah anggota polisi bernama Soekitman, Agen Polisi tingkat II yang ikut dibawa pasukan Cakrabirawa ke Lubang Buaya.
“Saya tanya ke Pak Kitman, ‘Ada apa?’, dia bilang saat itu sedang patroli dan terus dibawa pasukan ke sini (Lubang Buaya). Terus saya bilang. ‘Oh ya sudah di sini saja’,” kata Ishak menirukan kejadian penting bagi nyawa Soekitman itu.
Selama peristiwa kekejaman PKI di Lubang Buaya, Sersan Ishak mengemukakan, Soekitman tetap bersamanya di dalam mobil dan tidak pergi ke mana-mana.
Padahal saat itu, jelas Ishak, rekan-rekannya mengatakan agar Soekitman ikut dihilangkan nyawanya.
“Wong waktu itu ada yang bilang mau dibunuh, sama saya enggak boleh. Yang cegah ya saya. Padahal, maunya teman-teman supaya dibunuh, tapi sama saya enggak boleh,” tegasnya.
Dan pada akhirnya, Soekitman bersama dirinya serta Slamet dan Kasim bersama-sama kembali ke Istana Negara, setelah beristirahat di dekat lapangan udara Halim Perdanakusuma.
Setelah dibujuk untuk kembali ke Istana Negara oleh Kapten Sulistyo, mereka bersama rombongan truk penjemput pasukan Cakrabirawa kembali ke Istana Negara.
“Nah sampainya saya di Istana, kami kemudian ditahan di Mes Cakrabirawa,” ujarnya.
Baca Juga
Namun tak lama setelah Sersan Ishak ditahan di mes, Soekitman diminta ke markas besar TNI untuk menunjukkan lokasi dalam peristiwa dikuburnya tujuh pahlawan revolusi tersebut.
Sementara, nasib Ishak dan kawan lainnya berkebalikan, mereka dibawa ke Rutan Guntur untuk menjalani pemeriksaan soal peristiwa G30S/PKI ini.
“Saya pulang ke Istana, kemudian pada tanggal dua (Oktober) malam saya diambil CPM (Corps Polisi Militer) dibawa ke Guntur,” katanya.
“Tetapi Kitman dibawa ke Mabes untuk menunjukkan lokasi. Saya tahunya itu. Tiba-tiba sampai di Guntur,” jelasnya.
Kesaksian Meringankan Polisi Soekitman
Dalam pemeriksaan polisi militer terhadapnya, Soekitman ini memberikan kesaksian meringankan kepada Sersan Ishak.
“Selama 13 tahun saya dipenjara tanpa melalui persidangan. Saya langsung dijebloskan ke penjara,” katanya.
“Satu-satunya hal yang meringankan saya saat itu adalah kesaksian dari Kitman (Soekitman). Dia bersumpah, kalau saya bersama dia selama di Lubang Buaya dan tidak mengetahui apa-apa,” tuturnya.
Usai bebas dari penjara Orde Baru pada 28 Juli 1978, ia pun memulai hidup baru dengan bekerja menjadi tani di Purbalingga.
Padahal, katanya, ia pernah ditawari menjadi pengurus masjid di wilayah Kebayoran Baru, tetapi ditolaknya.
“Saya inginnya pulang ke Purbalingga dan hidup di sini,” ucapnya.
Menjadi bekas tahanan politik, apalagi dinyatakan terlibat G30S, memiliki dampak yang luar biasa dalam hidupnya. Selama dua tahun pertama, ia kerap mendapatkan olok-olok dan dicap PKI.
“Latar belakang saya ini Masyumi dan lulusan pesantren, jadi aneh saja kalau ada yang bilang saya PKI. Bahkan, ada bekas anak didik saya di pesantren yang heran kalau saya dicap PKI,” ungkapnya.
Sumbner: pojoksatu