BeritakanID.com - Politik identitas tampaknya dimaksudkan untuk menjegal kesempatan Anies Baswedan menuju ke tahapan pencalonan Presiden tahun 2024 dan memberian kesan buruk terhadap poliitk Islam. Tindakan tersebut sangat manipulatif dan terkesan menyudutkan.
Pengamat Politik Roky Gerung menyatakan hal itu dalam video podcas-nya di Forum News Network (FNN) bersama wartawan senior Hersubeno Arif. Video yang diunggah oleh Rocky Gerung Official Ahad, 25 September 2022, itu berjudul “Wacana Politik Identitas Itu Manipulatif dan Menyudutkan Islam” sudah ditonton oleh 38 ribu, disukai oleh 2.000 dan dikomentari 454 orang yang sebagian besar mendukung pendapat Rocky Gerung.
Dia menyatakan, ironisnya lagi, petinggi negara ikut bemain dalam tindakan manipulatif itu. Tidak kurang Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan, orang-orang non-Jawa sebaiknya tidak berambisi untuk menjadi Presiden. “Pernyataan itu tidak sehat dalam praktik kenegaraan kita,” ujar Rocky.
Disebutkan, hampir sebagian besar bakal calon Presiden yang muncul bukan dari Jawa, seperti Anies Baswedan, Erick Tohir, Sandiaga Uno, dan Ridwan Kamil. Ada juga calon yang tidak sepenuhnya Jawa, seperti Prabowo Subianto dan Puan Maharani.
Dalam negara yang demokratis, kata Rocky, politik identitas itu tidak dipermasalahkan sebab langsung menyertai seseorang sejak lahir. Mka tidak fair kalau gara-gara identitasnya maka kesempatan seseorang untuk menjadi presiden diingkari.
“Sekarang ini, yang penting seseorang pemimpin itu mampu atau tidak menyejahterakan rakyat. Kalau dia datang di etnis mayoritas ternyata tidak mampu membuat nasib dan kesejahteraan rakyat lebih baik ya tidak ada gunanya,” kata laki-laki yang dikenal dengan julukan Presiden Akal Sehat itu.
Pancasila akui
Lebih jauh Rocky menekankan, bagaimana mungkin menghindari politik identitas, kalau Pancasila sendiri membolehkan dan mengakui adanya identitas itu. Sila pertama adalah identitas keagamaan yang dijamin negara. Sila kelima adalah identitas secara ideologis. Sila kedua, juga mengatur identitas sekuler yang mengikuti sila pertama. Sila ketiga adalah identitas secara wilayah dan suku-suku, yang diakui ada tetapi dipersatukan oleh negara.
Pancasila, tegas dia, jelas-jelas ingin merawat perbedaan itu dalam persatuan. Semua itu merupakan energi yang bisa membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. “Sebaliknya, rezim Jokowi melawan semua itu. Bahwa persatuan mengharamkan identitas. Ini yang terbalik-balik dan melawan sifat primordial manusia yang sudah ada sejak manusia dilahirkan.”
Rocky menilai, politik identitas itu dimaksudkan untuk mengganjal Anies Baswedan. Tetapi karena kurang cerdas maka muncul kesan menyasar seluruh calon yang potensial. “Ganjar kena karena dia ada identitasnya, Sandi juga, Prabowo juga, Puan kena. Inilah kalau pikiran dungu dicoba diterapkan dalam urusan kenegaraan,” kata Rocky.
Menurutnya, identitas itu adalah fakta antropologis yang yang tidak bisa dihindari dan seharusnya dihormati. “Yang menjadi masalah fakta tesebut dipakai untuk menjegal kesempatan dan hak orang lain untuk berbakti kepada bangsa dan negara. Ini yang konyol dan kurang menggunakan akal sehat,” kata mantan pengajar Jurusan Filsafat UI tersebut.
Sumber: kba