BeritakanID.com - Beredar potongan video Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang tengah melakukan tanya jawab dengan seorang warga bernama Hano.
Pada video itu, Hano mengatakan bahwa DKI Jakarta mempunyai program Bantuan Operasional Tempat Ibadah (BOTI) yang diterima oleh seluruh agama.
Hano mempertanyakan apakah Provinsi Jawa Tengah ingin mencontohkan program BOTI tersebut.
“Bagaimanakah penerapan contoh BOTI ini di Provinsi Jawa Tengah?” tanya seseorang dalam rekaman suara yang dikutip KBA News di Jakarta, Jumat, 30 September 2022.
Namun Gubernur Jawa Tengah ini dengan tegas tidak akan mengikuti program tersebut.
“Apakah saya mau ikut DKI (beri bantuan BOTI), saya jawab dengan tegas tidak. Kalau DKI dapat seperti itu (memberikan bantuan BOTI) apakah Jawa Tengah akan melakukan, maaf Pak Hano, tidak. Kenapa tidak? Saya tidak mau bantuan itu politis,” kata Ganjar.
Politisi PDI-P itu mengaku bahwa dia sudah mendapat pertanyaan serupa dari para pendeta yang mendatanginya.
“Saya tidak mengatakan DKI Politis. Tapi saya udah didatangi pendeta-pendeta dan (bertanya) Pak Ganjar buat (program serupa). Silahkan pindahkan suara ke orang lain. Saya ikhlas lillahi ta’ala. Kalau hanya urusannya piti (uang). Ini ideologis Bung, saya bilang gitu. Ideologis tidak bisa dinilai dengan uang,” ungkap Ganjar.
Lalu dia menyampaikan kebijakannya untuk guru agama di Jawa Tengah sudah ada sejak periode kedua. Kemudian Ganjar menganggarkan bantuan untuk guru-guru agama se-Jawa Tengah setiap tahunnya. Bantuan itu ditujukan kepada guru agama dan untuk rumah ibadah yang sudah bergulir sejak awal pemerintahannya di periode pertama menjabat Gubernur.
Potongan video itu lalu direspons netizen, banyak yang bilang bahwa Gubernur Ganjar kurang update info tentang program Gubernur DKI Anies Baswedan. Ada juga yang menyayangkan pemikiran politikus PDI-P itu.
“Pak Ganjar ini kayaknya kurang update info, guru agama di DKI mendapat insentif dari Pemprov DKI. Bukan hanya itu, tapi takmir masjid, guru ngaji, guru sekolah minggu juga mendapat insentif. Jadi ini bukan masalah politis pak, kalo alasan prop anda kurang kaya, itu baru masuk akal,” tulis akun @Naollivia di akun twitter yang di-retweet anggota TGUPP Tatak Ujiyati.
“Wah kudet nih gubernur Jawa tengah di Jakarta guru agama guru ngaji guru sekolah Minggu takmir masjid marbot penjaga tempat ibadah lainnya dan tempat ibadah dapat bantuan wah seakan-akan di Jawa tengah saja guru agama yg di bantu,” kata @margo_siswadi.
“Bila ada daerah yang lebih maju, sistematis dan presisi dalam penggunaan anggaran. seharusnya ditiru sih… (Emoticon ketawa) tapi ya sudahlah, mungkin dia punya program sendiri untuk kasus warga wadas…ehh… ga nyambung ya? boleh downk…? (emoticon nyengir),” imbuh @purnama_roadp.
“Ini mah pinter ngomong berbelit belit aja untuk ngejatuhin DKI padahal esensi yang dilakukan sama,” tutur @irfanwahidi60.
“Orang pintar jadi pemimpin gitu? krn dia tahu tugas pemimpin memikirkan rakyat bukan mikirin dirinya n kelompoknya,” ungkap @ArilGuci.
“Ganjar kurang paham dibanding Anies yg memperhatikan guru ngaji, takdir masjid dan guru sekolah minggu dapat intensif,” ujar @syawal_ll.
“Itu bukan program 2022 pak anies..nampaknya sdh ada 2018 tuh,” kata @abififa.
Seperti diberitakan KBA News sebelumnya, program BOTI berjalan sejak tahun 2019. BOTI merupakan program prioritas Pemprov DKI Jakarta. Untuk menjamin transparansi, pemberian bantuan ini dilakukan secara transfer langsung ke penerima.
Besaran dana hibah BOTI untuk tempat ibadah besar seperti masjid, gereja, pura, dan vihara sejumlah Rp2 juta per bulan. Sementara, untuk tempat ibadah sedang seperti mushalla sebesar Rp1 juta per bulan.
Selain itu, ada dana insentif untuk pengurus/penjaga tempat-tempat ibadah, seperti marbot, imam masjid/mushola, pengurus gereja, vihara, dan pura sebesar Rp500 ribu per bulan. Dana hibah BOTI dan insentif ini diberikan selama 12 bulan.
Pada 2019, anggaran hibah BOTI mencapai Rp87,552 miliar, diberikan kepada 3.148 masjid dan 1.000 mushalla. Untuk lembaga keagamaan selain DMI pada 2019 masih dalam proses memenuhi persyaratan.
Pada 2020, karena adanya pandemi Covid-19 besaran dana hibah mengalami rasionalisasi. Tempat ibadah seperti masjid, gereja, vihara, pura, kuil, dan mandil mendapatkan Rp1 juta per bulan. Sementara mushalla dari Rp1 juta menjadi Rp500 ribu per bulan. Sehingga, usulan BOTI tahun 2020 yang semula Rp134,808 miliar menjadi Rp67,404 miliar. BOTI tahun 2020 diberikan kepada 3.200 masjid, 2.000 mushalla, 1.379 gereja, 19 vihara, serta 19 pura, kuil, dan mandil.
Sementara pada 2021, dana hibah BOTI ditetapkan sebesar Rp140,520 miliar untuk 3.200 masjid, 2.000 mushalla, 1.379 gereja, 263 vihara serta 19 pura, kuil, dan mandil. Jumlah tempat ibadah yang diberikan tersebut masih sama seperti 2020, namun besaran dana hibah kembali seperti semula, yakni Rp2 juta per bulan untuk tempat ibadah seperti masjid dan mushalla Rp1 juta per bulan.
Sumber: kba