BeritakanID.com - Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul M. Jamiluddin Ritonga berpandangan, hasil survei lembaga Center for Political Communication Studies (CPCS) yang menyatakan elektabilitas Partai NasDem menurun akibat mendukung Anies Baswedan terkesan tergesa-gesa dan ceroboh.
CPCS menyebutkan, turunnya elektabilitas Partai NasDem dari 4.0 persen menjadi 2,1 persen karena ditinggal pemilih nasional. Suara tersebut dikatakan beralih ke partai nasionalis.
Kesimpulan tersebut menurutnya, tidak nyambung karena elektabilitas PDI-P naik dari 18,1 persen menjadi 19,5 persen. Sementara elektabilitas Gerindra dari 8,8 persen naik menjadi 13,2 persen.
“Jadi, kenaikan elektabilitas PDI-P dan Gerindra sebesar 5,8 persen, sementara elektabilitas Partai NasDem hanya turun 1,9 persen. Ini artinya, turunnya elektabilitas Partai NasDem tidak sebanding dengan kenaikan elektabilitas PDI-P dan Gerindra,” katanya kepada KBA News, Minggu, 7 Agustus 2022.
Diberikan KBA News sebelumnya, Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta mengatakan, elektabilitas Partai NasDem turun menjadi 2,1 persen dalam survei terbaru yang mereka lakukan pada 22-27 Juli 2022.
Pada survei April 2022, partai besutan Surya Paloh itu disebut memiliki elektabilitas mencapai 4,0 persen.
“Keputusan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden membuat NasDem ditinggal oleh sebagian pemilih nasionalis,” ujar Tri Okta dalam keterangan tertulis.
Tentu juga, survei itu tak sejalan dengan elektabilitas mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut. Bahkan sangat jauh. Pasalnya, disetiap survei, nama Anies Baswedan tak pernah keluar dari tiga besar.
Sumber: kba