Jangan Senang Dulu, INDEF Proyeksikan Ekonomi RI Turun 5%

Jangan Senang Dulu, INDEF Proyeksikan Ekonomi RI Turun 5%

BeritakanID.com - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2022 akan mengalami penurunan, yaitu sebesar 5% secara year on year (yoy). Dalam keterangan tertulisnya, INDEF menyebut triwulan III dan IV di 2022 perekonomian Indonesia dihadapkan pada situasi ketidakpastian global yang tampak semakin nyata.

"Sungguh pun perekonomian triwulan II-2022 mampu tumbuh di atas 5% dan berada dalam mode ekspansi, namun tantangan ke depan tidak akan ringan. Salah satu tantangan yang akan dihadapi di triwulan III dan IV 2022 adalah persoalan ketidakpastian global yang masih menggelayuti perekonomian dunia sejauh ini," tulis INDEF, dikutip Minggu (7/8/2022).

Kemudian dari sisi geopolitik, ketegangan antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung membuat gejolak ekonomi belum akan reda. Situasi menjadi lebih rumit saat tensi geopolitik antara Taiwan dan China semakin membara di semester II-2022.

Adapun dari sisi keuangan, agresivitas kenaikan suku bunga acuan The Fed masih akan terus berlangsung sampai ada tanda-tanda tekanan inflasi di Amerika Serikat mereda. Hal ini mengindikasikan akan adanya peningkatan volatilitas keuangan di semester II-2022, dan bahkan tahun depan.

Seperti diketahui, perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan pada triwulan II-2022 sebesar 5,44% secara yoy. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding capaian triwulan I-2022 sebesar 5,01% yoy.

Lebih lanjut, INDEF merekomendasikan berbagai kebijakan dalam menghadapi potensi pertumbuhan ekonomi di Triwulan III Tahun 2022 yang cenderung menurun. Pertama adalah mengatasi persoalan inflasi yang difokuskan pada inflasi harga bergejolak dan inflasi yang diatur pemerintah.

Kemudian mengakselerasi belanja pemerintah untuk membantu menjaga pertumbuhan ekonomi. Belanja yang perlu didorong pada triwulan III-2022 adalah belanja barang dan modal sehingga sumbangannya terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi positif.
Kemudian kinerja sektor dominan yang menampung banyak lapangan kerja seperti sektor industri, pertanian, dan perdagangan perlu ditingkatkan di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi. Adapun upaya menjaga pasar mitra dagang utama serta mendorong ekspor ke pasar-pasar potensial baru juga perlu dilakukan agar surplus dagang dapat dipertahankan.

"Mendorong peningkatan dan penguatan aktivitas ekonomi domestik dapat menjadi strategi jitu untuk bertahan di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global. Kemudian revisi formula kenaikan UMP sehingga setidaknya sama dengan inflasi daerah untuk menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan konsumsi," papar INDEF.

Selain itu, insentif fiskal perlu diarahkan kepada sektor-sektor tertentu, tidak diberikan secara sporadis dan memberikan restrukturisasi kredit terbatas kepada sektor-sektor industri tertentu yang masih belum pulih.

Rekomendasi lain adalah peran kelembagaan dalam membangun perencanaan industri, di mana saat ini Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) dinilai perlu dilakukan evaluasi seiring dengan tantangan yang ada.

"Kebijakan mitigasi risiko atas kondisi global saat ini (disrupsi supply chain dan kelangkaan bahan baku) dengan beberapa pilihan: diversifikasi suplai dari negara asal bahan baku, evaluasi dan ratifikasi kerjasama dagang hingga melakukan reshoring industri tertentu," lanjut INDEF.

Terakhir, kebijakan hilirisasi perlu ditinjau ulang apakah mampu mendorong kinerja industri manufaktur karena saat ini kinerja pertumbuhan pertambangan jauh lebih tinggi dibandingkan industri manufaktur.

Sumber: cnbc

TUTUP
TUTUP