Dahlan Iskan Ungkap Sisi Positif Ferdy Sambo, Cebong dan Kampret Bersatu

Dahlan Iskan Ungkap Sisi Positif Ferdy Sambo, Cebong dan Kampret Bersatu

BeritakanID.com - Sisi negatif Irjen Ferdy Sambo menjadi sorotan publik selama sebulan terakhir. Lalu apa sisi positif Ferdy Sambo?

Sisi positif Ferdy Sambo adalah mempersatukan cebong dan kampret yang selama ini selalu berlawanan.

“Itulah satu-satunya sisi positif Ferdy Sambo: mempersatukan kampret dan cebong,” kata Dahlan Iskan dalam tulisannya berjudul ‘Gangguan Kesenangan‘ yang dikutip Pojoksatu.id dari Disway.id pada Rabu, 17 Agustus 2022.

Cebong atau cebonger adalah istilah atau julukan terhadap para pendukung Joko Widodo (Jokowi). Sedangkan kampret adalah julukan untuk pendukung Prabowo Subianto.

Istilah kampret dan cebong populer sejak Pemilihan Umum Presiden 2019 hingga sekarang. Dua kelompok ini selalu bertentangan dan saling serang di media sosial.

Cebong dan kampret selalu menanggapi dan mengomentari isu hangat yang menjadi sorotan publik di tanah.

Setelah sekian tahun berlawanan, cebong dan kampret akhirnya satu suara dalam menanggapi kasus pembunuhan Brigadir Joshua Hutabarat yang diotaki Irjen Ferdy Sambo.

“Inilah untuk kali pertama cebong dan kampret bisa bersatu. Satu suara: mengecam Ferdy Sambo, perbuatannya, lembaga yang ia pimpin, dan terutama Satgassus itu,” kata Dahlan Iskan.

Banyak Intelektual Profesional di Polri
Perbuatan Irjen Ferdy Sambo menciderai institusi Polri. Padahal, masih banyak polisi baik di tubuh Polri.

Oknum polisi yang berbuat kejahatan hanya segelintir. Namun segelintir itu seolah mewarnai Polri secara keseulruhan.
“Tentu banyak juga intelektual profesional di tubuh Polri. Yakni mereka yang menginginkan Polri yang ideal. Hanya saja mereka belum terlihat oleh publik,” jelas Dahlan.

Dahlan mengungkit masa pemerintahan Presiden RI Soeharto yang otoriter.

“Dulu publik bisa dengan mudah menyebut 15 jenderal TNI-AD yang tergolong intelektual-profesional. Padahal itu di zaman pemerintahan otoriter,” kata Dahlan.

Mantan Menteri BUMN ini menyatakan intelektualitas bisa berkembang begitu hebat di tengah militer itu sendiri.

“Mungkin banyak juga perwira Polri yang kritis, rajin melakukan otokritik, dan menginginkan perubahan,” jelas Dahlan.

“Saya tidak tahu apakah mereka punya kelompok yang kuat seperti di TNI-AD di zaman Orba,” tambahnya.

Menurut Dahlan, jika intelektual profesional di tubuh Polri tidak kuat, maka momentum sebesar Ferdy Sambo pun akan lewat begitu saja.

“Sampai akhir Agustus ini kelihatannya kita belum bisa merdeka dari heboh Duren Tiga,” pungkas Dahlan Iskan.

Sumber: pojoksatu

TUTUP
TUTUP