Anwar Abbas: Yang Berdaulat di Negeri Kita Hari Ini Bukan Rakyat

Anwar Abbas: Yang Berdaulat di Negeri Kita Hari Ini Bukan Rakyat

BeritakanID.com - Indonesia hari ini masih berada dalam ironi berdasarkan tujuan negara dalam Mukaddimah UUD 1945. Khususnya bidang ekonomi, agama, dan kedaulatan rakyat, jauh panggang dari api.

“Pada kenyataannya dan yang kita rasakan, bahwa yang berdaulat di negeri kita hari ini bukanlah rakyat, tetapi yang ada adalah penguasa. Jadi semestinya kedaulatan itu di tangan rakyat. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi yang berdaulat itu bukan hanya penguasa, tapi juga pengusaha,” kata Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Anwar Abbas, pada Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 di UMKT, dikutip dari Muhammadiyah.id, Senin (25/4).

Dia khawatir ‘perselingkuhan’ antara penguasa dan pengusaha akan menyebabkan pelaksanaan tugas dan fungsi pemimpin tidak bisa dilaksanakan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ia berpesan kepada pemangku kebijakan supaya peraturan turunan dari UUD ’45 harus disesuaikan dengan ruhnya UUD ’45.

Menurut dia, berdirinya Negara Indonesia bertugas untuk melindungi rakyat, mensejahterakannya, mencerdaskan, dan secara aktif berkontribusi menciptakan ketertiban dunia. Cita-cita luhur tersebut telah diemban dan berusaha dijalankan oleh Indonesia sejak tahun 1945, akan tetapi antara idealita dan realitas menurut Abbas terasa dan tampak masih ada kesenjangan.

“Kita ingin bangsa kita menjadi bangsa yang beragama, kita ingin bangsa kita yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kita ingin bangsa kita menjadi bangsa yang menjunjung persatuan dan kesatuan, kita ingin bangsa kita bangsa yang mengedepankan musyawarah dan mufakat, kita ingin negeri kita adil – keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya.
Namun pesan-pesan itu, tugas-tugas itu, belum bisa dilaksanakan dengan baik. Terlebih dalam bidang ekonomi, di mana seharusnya kekayaan Indonesia yang dikandung di bumi, di atas bumi, dan di udara diperuntukkan seluas-luasnya untuk rakyat. Hal itu dimaksudkan agar rakyat Indonesia sejahtera, akan tetapi melihat realitas yang ada sekarang ini menjadi sebuah ironi.

“Tetapi undang-undang dan kebijakan yang kita buat itu nampaknya ketika diimplementasikan dia lebih berpihak dan bias kepada kelompok rakyat yang ada di lapis atas, dan tengah. Dan kurang berpihak pada kelompok rakyat di lapis bawah,” ungkapnya.

Padahal, sambung Abbas, jika dilihat secara kuantitatif jumlah masyarakat lapis atas dan tengah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok masyarakat lapis bawah. Meski telah disebut dengan jelas dalam UUD ’45, namun kenyataannya masih jauh panggang dari api. Menurutnya, perhatian sudah diberikan oleh negara, tapi amat sangat sedikit perhatian tersebut.

TUTUP
TUTUP